Jumat, 18 Januari 2013

Tegalalang



objek wisata Tegalalang, Bali. Objek wisata Tegallalang terletak di sebelah utara Ubud kurang lebih 20 menit ditempuh dengan kendaraan.Daerah ini terkenal dengan objek wisata sawah terasering yang indah, banyak wisatawan yang berwisata dari dan ke Kintamani singgah di tempat ini untuk menyaksikan keindahan pemandangan sawah berteras yang menghijau atau makan siang di restoran sambil menikmati pemandangan sawah berteras yang indah.
Belum banyak orang kita tahu kalau di Ubud bagian utara ada satu daerah home industri yg sangat banyak, namanya Tegalalang, ratusan toko-toko dan manufaktur ada disini, aneka kerajinan tangan kucing-kucingan, dolphin, jerapah, dll yang terbuat dari kayu atau besi, aneka model tas dari beragam bahan, ukiran batu2 padas kecil, ukiran kayu murah meriah, topeng2 kayu, macam2 kerajinan tangan dari kaca yang dibentuk menjadi vas bunga, botol unik, piring-piring, semuanya ada di sini. Toko & showroom ini berjejer sepanjang 10 Km.
Untuk bisa mengunjungi objek wisata ini, wisatawan bisa ikut paket full day Kintamani – Ubud tour yang kami telah susun rute perjalanannya. Atau wisatawan bisa sewa mobil + supir + bbm menentukan sendiri rute objek wisata yang mau dipilih bisa juga setir sendiri kalu sudah tahu rute/ jalan ke objek wisata tersebut.

Sangeh



Sangeh adalah salah satu obyek wisata kera yang terkenal di Bali yang berlokasi di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung dan berjarak sekitar 50 km atau memakan waktu lebih kurang 45 menit dari ibukota Denpasar. Selain obyek wisata, Sangeh juga merupakan kawasan hutan lindung yang luas areanya sekitar 14 hektar dan sebagian besar ditumbuhi dengan pohon-pohon pala (dipterrocarpustrinervis) setinggi lebih kurang 50 meter serta dihuni oleh sekitar 700 hewan kera abu-abu (macaca faciculais). Untuk mengunjungi kawasan ini akan dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 5.000,-, dan terdapat beberapa petugas pengelola lokasi atau pemandu yang berpakaian adat Bali yang siap membantu setiap pengunjung. Beberapa petunjuk untuk memasuki kawasan ini antara lain berpakaian sopan dan tertib, hati-hati dengan membawa barang-barang bawaan, dan dilarang untuk mengganggu kera. Sebelum memasuki area Sangeh, dianjurkan untuk membeli sebungkus makanan untuk kera berupa kacang atau jagung yang banyak dijual di kios-kios sekitar areal parkir.
Memasuki kawasan ini, pada candi bentar (pintu gerbang) terdapat patung besar yang berwujud ksatria raksasa, yaitu Kumbakarna yang sedang dikeroyok puluhan kera-kera. Patung ini menggambarkan kisah perwayangan Ramayana yang sangat dikenal masyarakat Bali. Di sekitar patung Kumbakarna terdapat dua patung singa, yang salah satunya terlihat sedang mengasuh seekor anak kera. Setelah memasuki pintu gerbang akan melewati jalan sepanjang lebih kurang 200 meter menuju hutan pala yang setiap sisinya dipagari dengan tembok batu-batu kali besar yang disusun tidak beraturan. Pada area hutan akan menemukan sebuah pura kecil yang disebut Pura Melanting dan pura yang lebih besar yang dinamakan Pura Pucak Sari. Pada pelataran pura ini, sering kali dipenuhi oleh kera-kera yang tengah bercanda riang. Di bagian sudut pura, terdapat beberapa patung-patung kera sebagai bagian dari arsitektur pura yang menakjubkan dan menurut ceritera masyarakat setempat, hutan dan kera-kera Sangeh merupakan duwe yaitu milik kepunyaan dewa yang melindungi tempat ini. Di penghujung jalan menuju pintu keluar yang agak memutar, terdapat sebuah pohon pala raksasa yang dikeramatkan. Pohon ini mempunyai keunikan dan dinamakan Pohon Lanang Wadon (pohon laki-perempuan). Dinamakan demikian, karena pohon pala ini berbentuk seperti kelamin pria dan wanita yang saling bersebelahan. Keajaiban pohon ini menjadikan salah satu keunikan-keunikan yang menarik di kawasan wisata Sangeh bersama tingkah laku kera-kera dan hutan lindung yang dilestarikan.

Ubud



Ubud, berada pada ketinggian 300 meter diatas permukaan laut. Dengan lingkungan alam yang masih alami serta iklim yang sejuk menjadikan Ubud sebagai daerah sumber inspirasi bagi para seniman, baik itu seniman dalam negeri maupun seniman luar negeri. Desa Ubud membawahi 13 banjar dinas yang terdiri dari 6 banjar desa adat, dan termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali.
Disamping menawarkan panorama alam yang indah dengan hamparan sawah-sawah hijau membentang serta aliran sungai yang cantik berbataskan tebing tinggi menjulang, Ubud juga merupakan sebuah desa budaya yang kaya akan warisan sejarah tentang para seniman besar, terutama dengan hadirnya para pelukis terkenal antara lain: I Gusti Nyoman Lempad, Anak Agung Gede Sobrat, Ida Bagus Made dan masih banyak lagi yang lainnya. Ketenaran para pelukis tersebut ikut memberikan inspirasi terhadap para pelukis barat untuk tinggal di desa ini.
Babak baru dalam perkembangan seni lukis di daerah Ubud dimulai dengan datangnya dua orang pelukis asal eropa yang bernama Rudolf Bonet (Belanda) dan Walter Spies (Jerman).
Mereka memperkenalkan teknik estetika eropa di dalam teknik pencahayaan bayangan perspektif dan anatomi, sehingga mampu memberikan identitas tersendiri dengan nama gaya Ubud atau dikenal juga dengan Ubud style.
Sejarah Ubud sendiri bermula dari datangnya seorang Imam Rsi Marhandya dari jawa pada abad ke-8 dan bermeditasi pada pertemuan dua sungai Oos di daerah Campuhan. Selain membuat sebuah pura  tepat dibawah jembatan Campuhan, beliau juga membuat sebuah pusat pengobatan alami di desa ini. Oleh karena itu tercetuslah sebutan Desa Ubad untuk desa ini yangmana menurut Bali kuno mempunyai arti “obat”, dan seiring waktu berjalan nama Ubad berganti dengan nama Ubud hingga saat ini.
Denyut nadi masyarakat Ubud tidak bisa terlepas dari kesenian, hal ini terlihat dari makin berkembangnya usaha pelestarian hasil karya seni itu sendiri. Hadirnya beberapa museum, pertunjukan tari yang rutin dilaksanakan, adanya pasar seni dan galeri-galeri  menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sekitar Desa Ubud ini bermata pencaharian sebagai pengrajin, seniman serta pedagang yang menjual hasil dari karya seni tersebut.
Sebagai salah satu kawasan tujuan wisata di Bali, Ubud mampu menarik wisatawan dalam jumlah yang besar sehingga dituntut untuk selalu berbenah diri dengan menata desa agar tetap indah, menarik dan alami. Fasilitas pendukungpun banyak dibuat, seperti: restaurant, art shop, galeri,  hotel dan pasar seni, dimana kesemuanya itu diperuntukkan bagi kenyamanan wisatawan.
Ubud berjarak kurang lebih 20 km dari kota Denpasar sehingga membutuhkan waktu sekitar 30 menit perjalanan untuk tiba di desa ini.
Ubud luar biasa menarik, begitu banyak pesona alam yang ditawarkan termasuk bentuk kebudayaan khas pulau dewata itu sendiri. Tak lengkap rasanya jika anda melewati kunjungan ke desa ini disaat berlibur ke Bali.

Kintamani


  Kintamani, yang terletak di kabupaten Bangli, menawarkan pemandangan danau yang indah sambil menikmati hidangan makan siang. Nikmati keindahan gunung dan danau Batur yang mengeluarkan asap yang memperindah suasana. 

Jangan lewatkan untuk mengunjungi objek wisata Toya Bungkah dan juga Trunyan yang terkenal dengan sistem pemakaman yang unik Umumnya di hampir semua travel agent atau tour operator di Bali, Kintamani masuk dalam itinerary (rute perjalanan wisata) setelah mengunjungi Batu Bulan (Tari Barong), kawasan wisata Ubud atau Sukawati sebagai pusat perbelanjaan.
    
     Kintamani menawarkan suasana perbukitan yang segar dengan suhu udara sekitar 18 derajat celcius, mirip seperti udara di Bedugul. Daya tarik utama dari kawasan Kintamani adalah pemandangan Gunung dan Danau Batur. Gunung Batur merupakan gunung yang masih berstatus aktif dan tertinggi kedua setelah gunung Agung di Besakih. Suasana terbaik adalah ketika menikmati hidangan santap siang sambil menikmati keindahan danau dan gunung ini yang menyemburkan asap bersahabat.

Jatiluwih




Jatiluwih adalah sebuah desa pegunungan yang terletak di lembah kaki Gunung Batukaru dengan ketinggian 850 meter di atas permukaan laut. Desa Jatiluwih berada di daerah kecamatan Penebel, kabupaten Tabanan berjarak sekitar 20 km di sebelah utara kota Tabanan atau berjarak sekitar 38 km dari kota Denpasar. Untuk mencapai kawasan ini harus melalui jalan yang cukup sempit dan menanjak. Desa Jatiluwih menjadi daerah kawasan wisata yang dimiliki kabupaten Tabanan karena memiliki tanah perkebunan dan persawahan yang berteras-teras sehingga akan terlihat pemandangan sawah yang indah untuk dipandang terutama pada sore hari menjelang matahari terbenam.
Menurut sejarah, nama desa Jatiluwih sebelumnya bernama desa Girikusuma. Pergantian nama tersebut terjadi pada masa pemerintahan raja Dalem Waturenggong (1460-1552). Pada masa itu di desa Girikusuma ada seorang tokoh agama yang bernama Ida Bagus Angker yang melakukan meditasi dan madiksa (menjadi pendeta). Setelah beliau menjadi pendeta, desa Girikusuma lalu berganti nama menjadi desa Jatiluwih. Pada tempat di mana beliau bermeditasi, kemudian dibangun sebuah tempat pemujaan yang disebut Pura Gunung Sari. Pura tersebut didirikan oleh Ida Bagus Angker bersama dengan seorang abiseka Ida Bhagawan Rsi Canggu pada sekitar abad ke-16. Pada bagian halaman dalam pura Gunung Sari terdapat bangunan suci padmasana yang berfungsi untuk memuja Tuhan dalam manifestasi terhadap Dewa Siwa pada aspek Mahadewa yang ber-sthana di Gunung Batukaru atau Penguasa Mandala Barat. Sehingga pemujaan tersebut dilakukan agar mendapatkan anugerah khusus yang diharapkan yaitu kesuburan, kemakmuran, dan keselamatan dalam bidang pertanian.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes